Dampak Kebijakan Makro Ekonomi Dalam Perekonomian Tertutup

Kategori Berita

Iklan Semua Halaman

Masukkan kode iklan di sini. Direkomendasikan iklan ukuran 970px x 250px. Iklan ini akan tampil di halaman utama, indeks, halaman posting dan statis.

Dampak Kebijakan Makro Ekonomi Dalam Perekonomian Tertutup

Heru
Sunday, 5 April 2009
Untuk menjelaskan bagaimana dampak kebijakan makroekonomi terhadap pendapatan atau output nasional, dalam kesempatan ini digunakan model IS-LM dan model penawaran dan permintaan agregat (AS-AD model) sebagai suatu kerangka kerja.
Dalam hal ini, pembahasan mengenai dampak kebijakan makroekonomi akan dibatasi hanya pada kebijakan fiskal dan kebijakan moneter saja
a.    Dampak Kebijakan Fiskal
Untuk menjelaskan bagaimana dampak kebijakan fiskal terhadap pendapatan nasional, diasumsikan pemerintah menJalankan atau menerapkan suatu kebijakan fiskal yang ekspansif (expansionary fiscal policy), yaitu melalui peningkatan pengeluaran pemerintah (G). Dengan adanya kenaikan pengeluaran. maka permintaan agregat (AD) akan naik, atau dalam kerangka model AS-AD akan menyebabkan kurva AD bergeser ke kanan. Dengan kurva AS yang tertentu, maka bergesernya kurva AD ke kanan, akan menyebabkan baik tingkat harga (P) maupun tingkat pendapatan (Y) mengalami kenaikan (lihat gambar 9.l .b).
Naiknya permintaan agregat (AD) yang disebabkan olch kenaikan dalam pengeluaran pemerintah (G), dalam kerangka model IS-LM akan mendorong kurva IS bergeser ke kanan, dan hal ini pada gilirannya akan mendorong, baik tingkat bunga (1) maupun tingkat pendapatan (Y) di dalam perekonomian mengalami kenaikan pula (lihat gambar 9.1.a).

Dampak Kebijakan Makroekonomi Dalam  Perekonomian Tertutup

 Dengan adanya kenaikan di dalam pengeluaran pemerintah (G), maka IS akan bergeser ke kanan dari IS0 (G0) ke IS1 (G1), yang menyebabkan tingkat bunga dan pendapatan atau output naik masing-masing dari i0 ke i1 dan Y0 ke Y1. (lihat gambar 9.1.a). Pada gambar 9.1.b, terlihat bahwa dengan adanya kenaikan pengeluaran pemerintah dari G0 ke G1, telah menyebabkan kurva AD bergeser dari AD0 (G0) ke AD1(G1), yang selanjutnya menyebabkan baik tingkat output (Y) maupun tingkat harga (P) naik masing-masing dari Y0 ke Y, dan P0 ke P1.
Bagaimana kalau sebaliknya pemerintah menurunkan pengeluaran (G) nya, artinya pemerintah dalam hal ini menerapkan suatu kebijakan fiskal yang kontraktif (con tractionary fiscal policy) ? Dengan turunnya pengeluaran pemerintah (G), maka dengan asumsi ceteris paribus, hal ini akan menyebabkan permintaan agregat (AD) turun, atau kurva permintaan agregat (AD) akan bergeser ke kiri. Dengan kurva penawaran agregat (AS) yang tertentu, maka bergesernya kurva AD ke kiri akan mengakibatkan baik tingkat harga (P) maupun tingkat pendapatan (Y) mengalami penurunan. Turunnya AD yang disebabkan oleh penurunan di dalam pengeluaran pemerintah, dalam kerangka model IS-LM akan menyebabkan kurva IS bergeser ke kiri, yang selanjutnya menyebabkan baik tingkat bunga (i) maupun pendapatan (Y) akan mengalami penurunan pula. Untuk lebih jelasnya, hal ini dapat diikuti lebih jauh melalui gambar 9.2.a dan 9.2.b. berikut.
 
b.    Dampak Kebijakan Moneter
Anggaplah pemerintah menjalankan atau menerapkan suatu kebijakan moneter ekspansif (expansionary monetary policy), yaitu melalui peningkatan jumlah uang beredar (money supply atau Ms) di dalam perekonomian. Dengan adanya ekspansi moneter tersebut, akan menyebabkan tingkat bunga (i) turun, dan yang pada gilirannya mendorong investasi (I) naik, dan naiknya investasi selanjutnya menyebabkan permintaan agregat (AD) juga mengalami kenaikan.
Dalam kerangka model IS-LM, naiknya permintaan agregat (AD) yang disebabkan oleh kenaikan di dalam jumlah uang beredar tadi, akan mendorong kurva LM bergeser ke kanan. Sebagai akibatnya, tingkat bunga (i) akan turun, namun pendapatan (Y) sebaliknya mengalami kenaikan. Dalam kerangka model AS-AD, adanya kenaikan jumlah uang beredar (Ms) yang menyebabkan kurva AD bergeser ke kanan, (dengan kurva AS yang tertentu), telah menyebabkan baik tingkat pendapatan (Y) maupun tingkat harga (P) di dalam perekonomian juga mengalami kenaikan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 9.3.a. dan 9.3.b. dimana dengan adanya kenaikan jumlah uang beredar (Ms) dari dari Ms0 menjadi Ms1, telah menyebabkan kurva LM bergeser ke kanan dari LM0 (Ms0) menjadi LM1 (Ms1).    Dengan kurva IS yang tertentu, maka kenaikan di dalam jumlah uang beredar yang menyebabkan kurva LM bergeser ke kanan itu telah mendorong tingkat bunga (1) turun dari l0 menjadi 11, dan pendapatan (Y) akan naik dari Y0 ke Y1 (gambar 9.3.a).
Pada gambar 9.3.b. tampak bahwa dengan adanya kenaikan di dalam jumlah uang beredar, telah menyebabkan kurva permintaan agregat (AD) bergeser dari AD0 (Ms0) keADl, (Msl), yang selanjutnya mengakibatkan tingkat harga (P) naik dari P0 ke P1,    dan pendapatan (Y) juga naik dari Y0 ke Y1.

kebijkan moneter ekspensif
Sebaliknya, apabila sekarang pemerintah menjalankan suatu kebijakan moneter kontraktif (contractionary monetary policy) yaitu dengan mengurangi jumlah uang beredar (Ms) di dalam perekonomian, dalam kerangka model AS-AD akan menyebabkan kurva AD bergeser ke kiri. Dengan kurva AS yang tertentu, bergesernya kurva AD ke kiri akan menyebabkan tingkat harga dan pendapatan turun (lihat gambar 9.4a dan 9.4b)
kebijkan moneter kontraktif

ringkas dapat disimak lebih jauh dalam table 9.1 berikut
Table 9.1;    Dampak Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter terhadapa Output dan tingkat Bunga 
Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Keefektifan Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter
Keefektifan (effectiveness) dari suatu kebijakan, apakah itu kebijakan  fiskal ataupun kebijakan moneter biasanya diukur dari seberapa besar dampak kebijakan tersebut terhadap pendapatan dan tingkat bunga. Secara umumnya, keefektifan dari kebijakan fiskal dan moneter biasanya dipengaruhi oleh elastisitas investasi terhadap tingkat bunga (interest elasticity of investment) atau slope kurva IS dan elastisitas permintaan uang terhadap tingkat bunga (interest elasticity of money demand) atau slope kurva LM.

a.    Kebijakan Fiskal Dan Slope Kurva Is

Semakin elastis permintaan investasi terhadap tingkat bunga, maka kurva IS akan semakin landai (flatter), dan kebijakan moneter akan semakin efektif. Sebaliknya, kebijakan moneter semakin tidak efektif Hal dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar 9.5. berikut.
Kebijakn Moneter dan Slope Kurva IS
Gambar 9.5: Kebijakn Moneter dan Slope Kurva IS

Gambar 9.5. di atas tampak bahwa kebijakan moneter ekspansl yang dilakukan melalui penambahan jumlah uang beredar (money supply)  dalam perekonomian telah menyebabkan kurva LM bergeser dari IM0(Ms0) ke LM1 (Ms1). Dengan kondisi kurva IS yang landai (elastic), kenaikan jumlah uang beredar tersebut telah menyebabkan tingkat pendapatan (Y) naik dari Y0 ke Y1, tetapi tingkat bunga (i) hanya turun sebesar dari i0 ke i1, Sebaliknya pada saat kurva IS tegak (inelastic), kenaikan jumlah uang beredar tersebut. hanya menyebabkan tingkat pendapatan naik dari Y0 ke Y2, sementara tingk bunga turun dari i0 ke 12, dimana Y0Y2< Y0Y1,  Dengan demikian jelas bahwa ketika kurva IS adalah landai yang berarti permintaan investasi bersifat elastis: terhadap tingkat bunga, maka pada saat itu kebijakan moneter menjadi semaki efektif.